Wednesday, September 4, 2013

Memahami Tumbuhan secara Kimiawi


Tumbuhan adalah makhluk hidup yang paling unik. Menjadi sumber makanan bagi makhluk hidup lainnya; dan hanya sangat sedikit menjadi pemangsa bagi jenis tumbuhan lainnya.

Dapat hidup di mana saja; termasuk di udara (meski dengan menempel pada tumbuhan lainnya). Tumbuhan pula disebutkan sebagai pioneer; pembentuk tanah. Bebatuan manapun pasti akan mau berdialog dengan tumbuhan; meski sepertinya hanya hamparan padang gurun yang enggan.

Tersebutlah jenis tumbuhan; rerumputan. Hampir dari keseluruhan rerumputan menyimpan tunas dan melanjutkan hidupnya di dalam umbi akarnya. Cukup banyak ragam rerumputan seperti ini. Begitu pula dengan jenis tetumbuhan lainnya ... sangat beragam dan berjenis-jenis.

Tetumbuhan dalam pemahaman kimiawi, adalah sistim akar, batang, dedaunan, kembang, buah, dan asupan nutrisi dari tanah serta serangga penyerbuk. Kesemua sistim tersebut di atas merupakan campuran dan larutan kimia yang ada untuk proses transfer nutrisi, ataupun sebagai bahan makanan dan persediaan atau timbunan produk. Senyawa kimiawi yang terlarut dalam cairan tumbuhan (bisa plasma atau bentuk lainnya) kadang membentuk dirinya secara khusus untuk kemudian diidentifikasi sebagai enzim, zat aktif dan sebagainya yang menjadikan tumbuhan itu spesial dan berkarakter.

Beberapa contoh dan perbandingannya di antara tetumbuhan tersebut adalah tanaman obat, seperti vanila, lada, pala, cengkeh, kayu manis; kesemua yang dikelompokkan dalam nama dagang rempah-rempah ternyata memiliki kemiripan metabolisme sehingga mampu menghasilkan suatu kumpulan senyawa kimia utama dengan karakter turunan PEA (Phenyl Ethyl Amine).

Bandingkan dengan kelompok tumbuhan lain seperti tanaman Poppy yang mampu menghasilkan senyawa aktif morfin pada getah buahnya. begitu juga dengan berbagai tanaman obat lainnya seperti kanabis, khat, coca, teh, efedra, kopi, coklat dan sebagainya..

Pertanyaan: mengapa setiap tanaman mampu menghasilkan suatu zat aktif yang spesifik ?

Pengandaian: jika sistematika metabolisme tanaman itu diketahui rincian mekanisme kerjanya maka sintesa atau fabrikasi produk zat aktif tersebut otomatis bisa direalisasikan.

Ternyata pengandian itu bisa menjadi jawaban atas pertanyaan di atas. Sehingga memahami tumbuhan secara kimiawi akan membawa kita kepada mekanisme sintesanya.

Pola RetroSintesa:
Ilmu kimia organik di abad 21 banyak sekali mengandalkan teknik retro-sintesa untuk memahami dan menganalisis mekanisme sintesa suatu senyawa. Terbilang para ahli seperti Corey dkk yang memeulai metoda ini sepertinya akan lebih lengkap dengan mendiskusikannya bersama para ahli tanaman yang mampu membedah dan mengenal sistematika biologis tanaman.

Meski demikian, panduan retro sintesa telah memberikan sumbangan metoda bagi pendayagunaan setiap jenis reaksi yang telah dihasilkan oleh para ahli kimia di awal abad 20 (baca: kumpulan Sintesa Organik - Roger Adam - Editor) yang menghasilkan suatu perkembangan ilmu kimia moderen yang terpopuler yaitu reaksi polimerisasi yang mengadopsi dan mengkombinasikan reaksi seperti Diels-Alder dengan reaksi-reaksi sintesa organik lainnya.

Ada kemiripan metoda ini dengan teknik membedah anatomi tumbuhan untuk menganalisisnya secara khusus sistematika dan mekanisme kerja suatu tanaman. Dengan demikian maka, belajar dari tumbuhan adalah salah satu solusi berdamai dengan alam. 

Contoh lain dari 'Memahami Tumbuhan secara Kimiawi' adalah mengenal proses sintesanya atau mengenal proses isolasinya. Sebelumnya ada gambaran penting berkenaan dengan tetumbuhan dan manusia. Di mana tetumbuhan sebagai penghasil oksigen adalah satu-satunya makhluk hidup yang menghasilkan oksigen justru sebagai hasil lain atau sisa reaksi metabolismenya dalam mensintesa produk karakteristiknya. Selebihnya semua makhluk hidup di muka bumi ini hanyalah pengguna oksigen atau merupakan konsumen oksigen tersebut. Di samping itu warna hijau yang menyegarkan mata manusia adalah impak lain dari keberadaannya dalam sistim kehidupan yang sebenarnya kesegaran itu berasal dari produk oksigen yang dihasilkannya.

Mekanisme proses sintesa maupun mekanisme proses isolasi zat aktif dari dan atau pada tumbuhan ternyata (hipotesa) memberikan impak perilaku dari efek konsumsi zat aktif tersebut. Mengkonsumsi LSD-25 misalnya memberikan suatu perasaan paranoida dan berkecenderungan untuk mengurung diri jauh dari sinar matahari karena ternyata proses sintesa senyawa aktif ini memang tidak boleh terhampar sinar matahari maupun cahaya (pustaka: dari berbagai sumber). Orang cendering bermain dengan imajinasi warna dan menyenangi halusinasi yang diakibatkannya, nikmat dan memberikan efek prasangka serta paranoida (ketakutan akan sesuatu benda atau objek di sekelilingnya) seolah suatu tingkah lincah burung nuri atau suatu sensitifitas binatang anjing jenis pudel yang mana kedua subjek tersebut lebih dikenal sebagai hewan dengan kemampuan unik sebagai penjaga atau penunggu atau pemberi alarm bisa diimajinasikan dengan struktur kimiawinya. Selain itu bahwa kebanyakan sumber bahan baku yang berupa jamur ergot yang terdapat pada tumbuhan gandum yang merupakan bahan baku yang paling banyak dikonsumsi oleh manusia di dunia maka efek berantai yang diberikannya pun menjadi yang paling eksotis atau paling berpengaruh (baca perihal LSD dan penggunaan  di dalam masyarakat sosial manusia di berbagai sumber yang bisa diakses lewat search-machine internet). Maka jadilah LSD-25 sebagai obat plesir (Recreational-Drugs) yang pernah dan paling populer sejagat. Apalagi saat kita harus melakukan perjalanan di pagi hari atau melakukan suatu perjalanan wisata yang memang akan lebih cenderung melihat dan berada di dalam alam dan perjalanan yang hijau karena pepohonan atau biru karena warna air laut.

Pengalaman setiap pengguna saat berplesir bersama obat ini telah memberikan terbentuknya lapisan-lapisan masyarakat (baca generasi) yang mampu membahasakan setiap detail pengalaman mereka ke dalam aplikasi kemampuan mereka baik itu dalam bidang sosial politik ekonomi, ilmu pasti alam dan rekayasa serta bidang humaniora. Hal yang hampir sama saat kelak kemudian orang memandang bahwa sekuil senyawa LSD yang kalau dibentuk menyerupai senyawa amfetamiin mampu membuat penggunanya menikmati suatu ketinggian dan kecepatan gerak yang memicu produksi hormon adrenalin yang juga memiliki kemiripan struktur kimiawi dengan senyawa turunan amfetamin, misalnya (Pustaka: Serial NIDA Research Monograph 41 April 1982, dan berbagai sumber lain perihal 'Addict'). 

Pertanyaan selanjutnya: apakah kita memang mesti mengkonsumsinya karena ketidakmampuan tubuh manusia mensintesanya ?

Persoalan apakah manusia memang harus mengkonsumsinya hal itu menjadi realtif, bergantung pada advise kesehatan dan advise sosial-budaya. Karena nyatanya memang mengkonsumsi tanaman dengan kandungan zat aktif telah lama sejak zaman dahulu kala oleh manusia. Bentuk sederhananya adalah sebagai bumbu dan penyedap makanan, kemudian ada yang mengkonsumsinya secara khusus untuk maksud tertentu. 

Penutup
Memahami Tumbuhan secara Kimiawi, bisa menjadi jawabannya karena dengan memahami komposisi zat aktif di dalam tumbuhan maka kombinasi penggunaannya bisa menjadi suatu bentuk sintesa menyeluruh dengan melibatkan manusia sebagai penentu metabolisme (target sintesa). Dengan kata lain jika tumbuhan mampu menghasilkan suatu zat aktif yang bernilai sebagai produknya, apalagi manusia yang bertindak sebagai konsumen dan tentu lebih komplit sistem metabolismenya. Dan karenanya pula menjadi penting untuk perlu memahami tumbuhan secara kimiawi.

Semoga bagi-bagi tulisan ini memberi manfaat buat yang membacanya.

------------------------------------ awal september 2013








No comments:

Post a Comment