Capung-Bromo:
Ilmu Kimia, Farmakologi dan
Toksikologi dari suatu Turunan Benzodifuran yang Berefek seperti LSD
Coppola M dan Mondola R1 dan Mondola R2
1Departemen Ketergantungan, ASL CN2, Viale Coppino 46,
12051, Alba (CN), Italy
2Departemen Kesehatan Mental, ASL CN1, Via Torino 70/B,
12037, Saluzzo (CN), Italy
diIndonesiakan
oleh rn sakti dari Artikel Riset:
‘Addiction:
Research & Therapy - Volume 3 • Issue 4 • 1000133 J Addict Res Ther
ISSN:2155-6105
JART an open access journal
Abstract Abstrak
Bromo-DragonFly
is a potent and long-acting psychedelic drug producing both LSD-like effects
and amphetamine activation. This drug appeared within the recreational drug
market in the early 2000s, since then, many cases of severe intoxication and
fatalities related with its consumption have been signalled in some countries.
The aim of this paper is to summarize the clinical, pharmacological and
toxicological information currently available about this new and dangerous
hallucinogenic substance of abuse.
Capung-Bromo
merupakan suatu obat psikedelik yang kuat dan berdurasi lama yang memberi efek aktivitas
baik seperti LSD maupun seperti amfetamin. Obat ini muncul di pasar obat-obatan
rekreasional di awal tahun 2000an, lantas, banyak kasus yang sangat memambukkan
dan kematian yang berhubungan dengan penggunaan obat ini telah muncul di
beberapa Negara. Tujuan dari artikel ini untuk meringkas informasi klinis,
farmakologis dan toksikologis terkini yang bisa diperoleh tentang
penyalahgunaan zat halusinogen yang berbahaya yang baru ini.
Keywords:
Bromo-DragonFly;
Bromo-benzodifuranil-isopropylamine; Spamfly; Fly-compounds; Phenethylamines Katakunci: Capung-Bromo
(Bromo-DragonFly); Bromo-benzodifuranil-isopropilamin; Spamfly; Melayang (Fly);
Fenetilamin.
Pendahuluan
Dalam dekade terakhir, penyebarluasan
obat-obatan psikotropika yang menjadi keluarga (merupakan turunan) fenetilamin
telah semakin meningkat [1,2]. Obat-obatan tersebut kadang dibuat secara
illegal di laboratorium bawah tanah atau dipasarkan lewat internet oleh
toko-pintar dan pemasok bahan kimia penelitian [1,3]. Kini, suatu senyawa yang
berhubungan dengan fenetilamin yang bernama BromoDragonFly (BDF) telah
memperoleh ketenaran yang luas di kalangan orang muda untuk efek yang seperti
LSD [4]. BDF merupakan zat psikedelik sintetis yang kuat dan berdurasi aktif
lama yang digunakan sebagai obat plesir sejak tahun 2001 [4]. Obat ini, juga
disebut ABDF, FLY, DOB-Dragonfly, spamfly, placid, B-fly, 3C-Bromo-Dragonfly,
bromo-benzodifuranil-isopropilamin, pertama kali disintesa oleh Matthew A.
Parker di laboratorium David E.Nichols di Universitas Purdue di tahun 1998
sebagai suatu penetlitian baru untuk menyelidiki struktur dan aktivitas sistim
syaraf pusat (CNS) serotim reseptor [5]. Nama BDF diambil dari penyusunan ulang
kerangka bangun struktur molekul dan dragon fly untuk keberadaan dua cincin
furan yang saling bertolak belakang pada cincin pusat fenil yang membentuk
sayap (Gambar-1). Belum ada studi epidemilogis yang menyelidiki penyebaran BDF
di masyarakat (pengguna), tapi sejak obat ini muncul di pasar obat plesir,
beberapa kasus seperti mabuk yang hebat dan kematian telah dihubungkan dengan
pemakaian zat itu di beberapa Negara [3,4,6-10]. Selanjutnya secara
berturut-turut, 1230 dan 7600 rekam investigasi kepolisian tentang BDF telah
dibuat di Finlandia di tahun 2009 dan 2010 [11]. Sebagai tambahan, pembahasan
tentang obat halusinogen ini di antara para pengguna masih bisa diikuti secara
langsung dalam forum obat ini [12-16]. Akhirnya, dengan menggunakan pencarian
pada Google Insights, suatu pola pencarian yang menggunakan spesifikasi jenis,
tempat pencarian, dari wilayah mana dan sifat zat, telah menunjukkan kalau ada
perhatian yang meningkat akan obat ini berasal dari eropa hingga amerika utara
di tahun ini [17]. Selain menjadi suatu zat yang bisa menyebabkan suatu hal
yang menunjukkan kekuatan obat ini dan perihal daya mabuknya [9], masih sangat
sedikit informasi tentang bahaya penggunaan jangka pendek (acute) dan
penggunaan jangka panjang (chronis) dari daya racunnya pada manusia. Tujuan
artikel ini untuk merangkum informasi terkini yang bisa diperoleh perihal
klinis, farmakologis dan toksikologis dari penyalahgunaan zat halusinogen yang baru
dan berbahaya ini.
Metoda
Bisa dicari literature ini dalam kumpulan
data elektronik seperti: PubMed, Embase, PsycINFO, Cochrane database, TOXNET,
dan MedScape. Kata kunci yang digunakan: Bromo-DragonFly, ABDF, FLY,
DOB-Dragonfly, spamfly, placid, B-fly, 3C-Bromo-Dragonfly,
bromo-benzodifuranil-isopropilamin. Selanjutnya, berikan spasi pada artikel
ilmu pengetahuan resmi dan meminta untuk memperoleh pencarian data seluas
mungkin, hasilnya disatukan bersama dengan semua informasi yang berhubungan
yang bisa diperoleh dalam suatu pustaka yang tidak konvensional seperti drugs forum, web-journal dan brankas data bahan kimia. Referensi yang tidak
konvensional itu dicari dengan mesin pencari Google dan bisa menemukan semua
hal dari kami yang berhubungan tentang laporan atau eksperimen pribadi yang
memberi penjelasan tentang efek psikotropikanya, efek samping, rasa
penggunaannya dan kecenderungan penyalahgunaan dengan mengkonsumsi BDF. Tidak
ada batasan bahasa yang digunakan dalam pencarian itu.
Sifat Kimia
BDF, nama IUPAC adalah 1-(8-bromobenzo
[1,2-b;4,5-b’]difuran-4-yl)-2-aminopropana, merupakan suatu senyawa yang
berhubungan dengan fenetilamina yang masuk dalam kelas benzodifuran [18]. Zat
ini, formula molekul-nya C15H12BrNO2, tersedia secara umum dalam warna pink
atau bubuk Kristal putih. Basa bebasnya memiliki BM 294.14389 g/mol dan TL
240oC. BDF umumnya disalurkan oleh fabrik sebagai suatu garam HCl yang larut
dalam air dengan BM 330.61 g/mol [18-20]. Selanjutnya, produk ini digunakan
untuk kepentingan rekreasional (plesiran) yang juga dipasarkan dalam bentuk
cairan, yang diresapkan pada kertas dan dalam tablet [17,18].
Pharmacology
Farmakologis
Studies in vitro and in animal models have shown
that BDF is the most potent of the dihydrobenzofuran analogues with high
affinity binding to the 5HT2A receptor [5,19]. BDF exists in two stereoisomeric
forms R and S, and R-enantiomer shows more potency and more affinity to the
5HT2A receptor than S-enantiomer [5]. In drug discrimination studies in
LSD-trained rats, used as an initial screen for evaluating the behavioural
activity or hallucinogenic potential of new molecules, BDF was slightly more
potent than LSD [5,19]. Furthermore, BDF showed to be a very potent ligand for
the cloned human 5HT2A and 5HT2C receptors [19]. BDF also acts at 5HT2B
receptor, but with an affinity lower than at 5HT2A receptor [21]. In addition,
some data suggest that BDF acts as an agonist at α1-adrenergic receptor [4,22].
The action at both α1-adrenergic receptor and serotonin receptor in blood
vessels could explain BDF induced severe vasoconstriction [4,22]. Studi in vitro
dan dengan model hewan telah menunjukkan kalau BDF analog dihidrobenzofuran
yang paling kuat dengan ikatan afinitas yang tinggi terhadap reseptor 5HT2A
[5,19]. BDF hadir dalam dua bentuk stereoisomer yaitu R dan S, dan R-enansiomer
lebih kuat dan lebih mengikat afinitasnya ke reseptor 5HT2A dari pada
S-enansiomer [5]. Dalam studi pembedaan obat dengan tikus yang teruji dengan
LSD, digunakan sebagai saringan awal untuk mengevaluasi aktivitas perilaku atau
kekuatan halusinigen dari molekul baru, BDF sedikit lebih kuat dari LSD [5,19].
Selanjutnya, BDF menunjukkan suatu ikatan (ligan) yang sangat kuat ke reseptor
cloned manusia 5HT2A dan 5HT2C [19]. BDF juga memberikan aksi pada reseptor
5HT2B, tetapi dengan afinitas (daya gabung/tarik) yang lebih lemah dibandingkan
pada reseptor 5HT2A [21]. Tambahan, beberapa data menunjukkan kalau BDF
memberikan suatu aksi sebagai agonis pada reseptor α1-adrenergik [4,22]. Aksi
(kejadian) pada reseptor α1-adrenergik dan reseptor serotonin di dalam pembuluh
darah dalap menjelaskan BDF memberikan induksi vasoconstriksi yang kuat [4,22].
Rasanya (Cara)
saat penggunaan
Seperti LSD, BDF umumnya digunakan dalam
bentuk rembesan kertas. Beberapa laporan mengusulkan penggunaan BDF lewat insuflasi
hidung dan pemakaian dalam bentuk cairan, kadang kala dalam bentuk tablet.
Formulasi cairan kadang kala dicampur (assumed) pada keeping gula. Informasi
para pengguna mengusulkan kalau BDF kadang kala dikonsumsi dengan
mengkombinasikannya (menggabungkannya, mencampurkannya) dengan zat psikotropika
lainnya seperti: amfetamin, kokain, katinon sintetis, ketamin, kanabis,
alcohol, benzodiazepine, kratom, LSD, 2C-B [4,7,10].
Toksikologi
(Daya Racun/Kemampuan Memabukkan)
BDF digunakan orang karena lamanya durasi
efeknya yang seperti LSD [4]. Dilaporkan dosisnya sekitar 100-2100 μg, secara
khusus, batch yang kuat di Eropa umumnya mengandung zat aktif ini 200-500 μg
sementara yang lemah, batch amerika antara 800-2100 μg [12,23]. Efek yang
diperoleh antara lain: kaleidoskopis, halusinasi, penyimpangan persepsi atas
ruang dan waktu, visualisasi warna yang beresolusi tinggi, kegemerlapan lampu,
peningkatan energy, meningkatnya pemikiran bersahabat, sejahtera (enak),
memperpanjang kenikmatan seksual dan eforia yang lembut. Penggunaa melaporkan
kalau ada efek psikotropika dalam 20-90 menit dengan pemakaian oral dan 30-60
menit dengan pemakaian lewat hidung [4,7,10]. Pengguna juga melaporkan adanya
penundaan aksi ‘on’ hingga 6 jam setelah penggunaan oral, khususnya jika BDF
dimakan saat kenyang. Dalam keadaan ini, mereka dapat mencoba dosis lain atau
memikirkan obat lain yang dosis pertamanya bisa memberikan efek psikotropika
[4,7,10]. Durasi aksinya antara 6-24jam dengan lamanya masa redah hingga
2-3hari [4,7,10]. Efek yang tidak diinginkan antara lain: lamanya halusinasi,
eforia, flashback, kegelisahan, insomania yang hebat, kepala pucing,
kebingungan, sedikit perubahan pada ingatan, berangan-angan, pemikiran yang
paranoid [4,7,10]. Dalam laporan kasus itu diperoleh dari perawatan medical
setelah mengkonsumsi obat plesiran BDF, efek samping yang paling umum adalah: tachycardia, tekanan darah tinggi, hyperpyrexia, mydriasis, agitasi (gangguan) psikomotor, halusinasi, serangan
(kejutan) yang sama rata (generalized seizures), rhabdomyolysis, masalah pernafasan, gangguan hati dan ginjal, peripheral ischaemia [24,27]. Pasien
yang dirawat dengan beragam obat vaso-dilating
seperti inhibitor ACE, nitroprusside,
analog prostacylin, gliseril tri-nitrat,calcium channel blockers, tetapi
tak satupun dari mereka yang dilaporkan efektif [26,27]. Gagal (gangguan)
ginjal dirawat dengan veno-venus-hemodiafiltration
sementara komplikasi seperti aspiration
pneumonia dan gangguan pernafasan dirawat dengan intravenous antibiotics dan bantuan pernafasan [25-27]. Kalau pun
ada, agitasi dan simpton psikotis dirawat dengan intravenous benzodiazepines
dengan dosis yang lebih besar [24,25]
Fatalitas
Beberapa (penyebab) kematian berhubungan
dengan penggunaan BDF telah bermunculan di beberapa Negara berbeda seperti
Swedia, Norwegia, Finlandia, Denmark dan Amerika Serikat [3,6,726-28]. Meski
demikian, hanya sangat sedikit yang telah dipublikasikan tentang analisis
toksikologis paska kematian (post-mortem toxicological analysis). Dalam kasus
yang dilaporkan dari Denmark, seorang wanita 18tahun ditemukan mati setelah
mengkonsumsi cairan BDF. Telah dideteksi adanya BDF di dalam femoral bood (darah femoral) dengan
konsentrasi 4.7±0.7 μg/kg (dua kali penentuan dalam dua rangkaian analisis).
Konsentrasi BDF yang dideteksi dalam urin dan vitreous humour secara berurutan adalah 22±2 μg/kg dan 0.5±0.1
μg/kg. otopsi menemukan adanya pembukaan oedema
(revealed oedema) pada paru-paru, sedikit oedema pada otak, pembesaran pada limpa, iritasi pada selaput lender
di dalam perut dan perubahan ischemic
di dalam ginjal. Konsentrasi darah dari BDF ditemukan di dalam kematian wanita
8x lebih tinggi daripada semua yang ditemukan dalam contoh dari dua pria yang
dirumahsakitkan (yang meninggal di rumahsakit) setelah menggunakan obat
plesiran BDF [3].
Pengobatan
Selama ini, tidak ada indikasi yang
disepakati dari BDF dalam farmakologi manusia, meski demikian, itu diketahui
melibatkan reseptor 5HT dalam aturan (biasanya terjadi, dengan adanya) tekanan intraocular di dalam manusia. Beberapa
studi telah menunjukkan bahwa berbagai ikatan (ligan) reseptor serotonin 5HT1A
dan 5HT2A, termasuk BDF dan beberapa analognya, menyebabkan aktivitas intraocular hypotensive, pada monyet dan
kelinci setelah penggunaan topical [28,29].
Itu telah diduga bahwa reseptor serotonin 5HT agonis tanpa efek psikotropik
dapat dikembangkan untuk perawatan ocular
hypertension (hipertensi pada mata) dan glukoma pada manusia [29].
Pembahasan
Zat halusinasi telah digunakan oleh budaya
(kehidupan) asli manusia selama berabad-abad, meski demikian, penggunaannya
secara umum dibatasi hanya untuk upacara keagamaan dan kepentingan penyembuhan
dan diatur dalam tatacara seremonial [30,32]. Dalam decade terakir, zat
tersebut telah diterima secara luas dengan sangat popular di kalangan orang
muda pengguna obat-obatan yang mengalami efeknya sevara mendasar dalam ‘acara
senang-senang atau pesta’ [33-35]. Penggunaan zat halusinasi untuk plesiran telah
secara luas disenangi untuk lebih meningkatkan kekuatan dan molekul yang legal
itu memiliki kemampuan untuk memuaskan apa yang dimaui oleh para pengguna [35].
Secara khusus, penggunaan internet sebagai suatu sumber potensial informasi
tentang penyalahgunaan obat-obatan [36] yang dihasilkan di dalam penggunaan
beberapa penelitian bahan kimia sebagai zat pengganti untuk obat-obatan
plesiran dan zat illegal [1,37-42]. BDF merupakan suatu hasil sintesa bahan
kimia di tahun 1998 untuk melacak struktur reseptor serotonin CNS dan
aktivitasnya [5]. Molekul ini adalah suatu yang sangat kuat dan mengalami aksi
agonist yang panjang pada reseptor 5-HT2A yang digunakan orang untuk
mendapatkan efek seperti LSD [4,18,35]. Kenyataannya, sebagaimana yang
ditunjukkan dari beberapa kejadian, reseptor 5HT2A merupakan lokasi utama untuk
aksi halusinogen dan umumnya hampir semua obat halusinogen memberi tindakan
(aksi) sebagai agonist pada reseptor ini [43]. Itu dipertimbangan bagi turunan
pertama ariletilamin untuk melampaui kekuatan
LSD dalam hal upaya pengubahan perilaku dan molekul pertamanya memiliki
aktivitas yang mirip dengan LSD yaitu memiliki satu inti aromatic selain
benzene atau indole [19]. Molekul ini tampaknya tercirikan dalam penjualan
on-line oleh pemasok bahan kimia penelitian karena sintesanya biasanya rumit
buat para kimiawan klandestin dan membutuhkan peralatan canggih (operator yang
berpengalaman) [44]. Menentukan pola tiksitas akut yang dimunculkan oleh kedua
hal baik itu kasus intoksikasi (keracunan/kemabukan efek dari bekerjanya zat
aktif) yang ditunjukkan di beberapa Negara dan laporan para pengguna yang
dihadirkan dalam drug forum termasuk efek psikedelik yang digabungkan dengan
aktivitas seperti amfrtamin [4,7,10,25,27-29]. Selanjutnya, kemampuan yang
meliputi stimulasi 5HT2A dan reseptor α1-adrenerjik dapat menjelaskan adanya
konstraksi pada pembuluh halus sel urat (otot) dan memberikan konsekuansi
vasokonstriksi (kontraksi pembuluh darah) yang hebat [4,23,44]. BDF adalah
suatu zat yang dianggap menyebabkan (adanya) perhatian dalam kaitannya dengan
kekuatannya dan daya toksik dan banyak Negara telah mempublikasikan peringatan
bahaya tentang toksisitasnya [9,44]. Orang yang mudah terpancing dapat didorong
untuk menggunakan BDF lewat komentar on-line dan video yang menegaskan tentang
kekuatan dan lamanya kejadian halusinogen berlangsung [35]. Selanjutnya, dalam
apa yang disebut sebagai “rave atau party scene”, beberapa pengguna yang belum
pernah merasakan halisinogen ini dapat tertipu karena membeli yang ditukarkan
dengan LSD [4,18]. Mengingat tingginya toksisitas klinis, ketajaman perhatian
komunitas kesehatan menjadi penting sekali untuk maksud mencatat dan mengawasi
penyebaran halusinogen serotonerjik yang maha kuat ini.
Kesimpulan
BDF adalah suatu obat psikedelik yang kuat
dan beraktivasi lama yang menghasilkan dua efek seperti LSD dan amfetamin. Informasi yang ada kini mengusulkan kalau obat
ini dapat menghasilkan intoksinasi (kemabukan) yang hebat dengan komplikasi
medical yang serius termasuk rhabdomylysis,
masalah pernafasan, gagal liver dan gagal ginjal, pheripheral ischaemia dan
psychosis. Gabungan potensi farmakologikal dan toksisitas klinis dengan
konsumsi zat ini menjadi alasan perhatian bagi komunitas kesehatan. Suatu
kerjasama internasional yang lebih baik adalah sangat diperlukan dalam maksud
untuk memonitor dan mencegah penyebaran zat rekreasional yang berbahaya ini.
PUSTAKA
1.
European Monitoring Centre for Drugs and Drug Abuse (2012)
EMCDDA-Europol 2011 Annual Report on the implementation of Council Decision
2005/387/JHA.
2.
Ramsey J (2011) Detecting and monitoring new psychoactive
substances in wastewater.
3.
Andreasen MA, Telving R, Birkler RI, Schumacher B, Johannsen M
(2009) A fatal poisoning involving Bromo-Dragonfly. Forensic Sci Int 183:
91-96.
4.
Psychonaut Web Mapping Project Research Group.
5.
Monte AP, Marona-Lewicka D, Parker MA, Wainscott DB, Nichols DE
(1996) Dihydrobenzofuran analogues of hallucinogens. 3. Models of 4-substituted
(2,5-dimethoxyphenyl)alkylamine derivatives with rigidified methoxy groups. J
Med Chem 19: 2953-2961.
6.
MacDonald AM, Kinniburgh D, Lyon AW (2011) A Novel Designer
Drug-Bromo-Dragonfly. Therapeutics & Toxins News.
7.
Parr S (2011) Substance Abuse in the 21st Century: A
New Look.
8.
Second Victim Dies After Taking Designer Drug In Konawa.
9.
European Monitoring Centre for Drugs and Drug Abuse.
EMCDDA-Europol 2009 Annual Report on the implementation of Council Decision
2005/387/JHA.
10.
Belgian Early Warning System on Drugs (BEWSD) (2011) Warning about
lethal batch of 2C-E.
11.
European Monitoring Centre for Drugs and Drug (2012) Abuse
Statistical bulletin 2012 Other substances seized, 2004 to 2010.
12.
Erowid Experience Vaults.
13.
Drugs-Forum (2012).
14.
Drugs, Booze (2012).
15.
Bluelight (2012).
16.
Zoklet (2012) Self experiences.
17.
Google Insights for Search 2012.
18.
Dargan P, Wood DM (2010) Technical profile of bromo-dragonfly.
European Monitoring centre for Drugs and Drug Addiction.
19.
Parker MA, Marona-Lewicka D, Lucaites VL, Nelson DL, Nichols DE
(1998) A novel (benzodifuranyl) aminoalkene with extremely potent activity at
the 5-HT2A receptor. J Med Chem 41: 5148-5149.
20.
ChemSpider (2012) Bromo-DragonFly.
21.
Dipartimento Politiche Antidroga (2009)
1-(8-bromobenzo[1,2-b;4,5-b’] difuran-4-yl)-2-aminopropane (Bromo-Dragonfly).
22.
Brown JS, Davis GB, Kearney TE, Bardin J (1983) Diffuse vascular
spasm associated with 4-bromo-2,5-dimethoxyamphetamine ingestion. JAMA 249:
1477-1479.
23.
Darryl (2008) Bromo-Dragonfly & the DEA Microgram Bulletin.
CNS Productions.
24.
Nielsen VT, Hogberg LC, Behrens JK (2010) Bromo-Dragonfly poisoing
of 18-year-old male. Ugeskr Laeger 172: 146-152.
25.
Wood DM, Looker JJ, Shaikh L, Button J, Puchnarewicz M, et al.
(2009) Delayed onset of seizures and toxicity associated with recreational use
of bromo-dragonFLY. J Med Toxicol 5: 226-229.
26.
Personne M, Hulten P (2008) Bromo-Dragonfly a life threatening
designer drug. Clin Tox 46: 379-380.
27.
Thorlacius K, Borna C, Personne M (2008) Bromo-dragon
fly-life-threatening drug. Can cause tissue necrosis as demonstrated by the
first described case. Lakartidningen 105: 1199-1200.
28.
Feng Z, Mohapatra S, Klimko PG, Hellberg MR, May JA, et al. (2007)
Novel benzodifuran analogs as potent 5-HT2A receptor agonists with ocular
hypotensive activity. Bioorg Med Chem Lett 17: 2998-3002.
29.
May JA, McLaughlin MA, Sharif NA, Hellberg MR, Dean TR (2003)
Evaluation of the ocular hypotensive response to serotonin 5-HT1A and 5-HT2A
receptor ligands in conscious ocular hypertensive cynomolgues monkey. J
Pharmacol Exp Ther 306: 301-309.
30.
Shepard GH Jr (1998) Psychoactive plants and ethnopsychiatric
medicines of the Matsigenka. J Psychoactive Drugs 30: 321-332.
31.
Lowy B (1971) New records of mushroom stones from Guatemala.
Mycologia 63: 983-993.
32.
Schultes RE (1969) Hallucinogens of plant origin. Science 163:
245-254.
33.
Klein M, Kramer F (2004) Rave drugs: pharmacological
considerations. AANA J 72: 61-67.
34.
Lassen JF, Ravn HB, Lassen SF (1990) Hallucinogenic psilocybine
containing mushrooms. Toxins contained in Danish wild mushrooms. Ugeskr Laeger
152: 314-317.
35.
Corazza O, Schifano F, Farre M, Deluca P, Davey Z, et al. (2011)
Designer drugs on the internet: A phenomenon out-of-control? The emergence of
hallucinogenic drug Bromo-Dragonfly. Curr Clin Pharmacol 6: 125-129.
36.
Eurobarometer (2011) Young people and drugs: Analytical report
37.
Coppola M, Mondola R (2012) Research chemicals marketed as legal
highs: The case of pipradrol derivatives. Toxicol Lett 212: 57-60.
38.
Coppola M, Mondola R (2012) 3,4-methylenedioxypyrovalerone (MDPV):
chemistry, pharmacology and toxicology of a new designer drug of abuse marketed
online. Toxicol Lett 208: 12-15.
39.
Hughes B, Winstock, AR (2012) Controlling new drugs under
marketing regulations. Addiction.
40.
Gibbons S (2012) ‘Legal highs’--novel and emerging psychoactive
drugs: a chemical overview for the toxicologist. Clin Toxicol (Phila) 50:
15-24.
41.
Sainsbury PD, Kicman AT, Archer RP, King LA, Braithwaite RA (2011)
Aminoindanes--the next wave of ‘legal highs’? Drug Test Anal 3: 479-482.
42.
Van Hout MC, Brennan R (2011) ‘Heads held high’: an exploratory
study of legal highs in pre-legislation Ireland. J Ethn Subst Abuse 10:
256-272.
43.
Nichols DE (2004) Hallucinogens. Pharmacol Ther 101: 131-181.
44.
Huntington BC (2009) Synthesis and intermediate/by-product
analysis of Bromo-dragonfly, a dihydrobenzofuran analogue of phenethylamine
hallucinogens.
--- Robertus: Independent Researcher and Consulting ----
2011-2013
No comments:
Post a Comment